Jumat, 27 Agustus 2010

prolog

aku ahmad zaini alwi, seorang manusia yg dilahirkan dengan tubuh alhamdulillah sehat dan tak ada cacat. aku adalah seorang ihsan yg tak dilahirkan dari keluarga seorang jutawan, tapi dari keluarga yg cukup sederhana dan tak bertele-tele. ayahku adalah anak seorang petani yg setiap hari harus menguras tenaganya untuk sepeser demi sepeser uang logam demi sesuap nasi. dan ibuku, beliau tidak berbeda jauh dengan ayahku, beliau mempunyai ayah seorang panutan masyarakat. dan tidak hanya itu, beliau adalah anak pertama dari 8 bersaudara. hal tersebut membuat beliau bekerja keras untuk mendapatkan suatu kalimat yaitu sukses. tapi aku sangat bersyukur, karena mereka aku bisa mendapat kan pelajaran berharga yg tak ku dapatkan apabila menjadi anak seorang jutawan .....
kehidupan ku bemula dari hal kecil, yaitu masuk Taman Kanak. disitu aku mulai belajar menyebut huruf dari lafadz-lafadz illahi dan belajar dunia luar. ketika selesai disitu otomatis aku berada di kelas yg lebih tinggi, yaitu Sekolah Dasar (SD). berbeda dengan TK, disini aku belajar hal yg jauh lebih bermakna dari tahapan yg sebelumnya. yaitu, belajar memahami keadaan sekitar, memahami hati orang lain, dan yg terpenting adalah belajar mengendalikan ego untuk kepentingan bersama.
selesai mendapatkan ijazah SD aku pun melanjutkan ke tahapan selanjutnya. tapi agak berbeda dengan teman ku yg lain, aku melanjutkan ke pondok pesantren dimana pendalaman al qur'an dibutuhkan disitu. banyak hal yg ku pelajari disana, dari hal positif sampai negatif sekalipun. aku ingat ketika disana, ada satu hal yg tak bisa ku lupakan tapi tak bisa aku katakan karena hal itu mempunyai sejarah penting bagi riwayat ku..
tak terasa sudah satu tahun aku berada disana, banyak bekal yg ku dapatkan. tapi suatu problem terjadi dimana aku harus berhenti dan keluar dari lingkungan pesantren (akan di bahas nanti). aku pun merayap perlahan mendekat ke kampung halaman, yaitu purwakarta tercinta, karena kendala yg ku dapatkan waktu itu..
sekarang aku berada di lingkungan baru, dimana aku harus mengemban suatu tanggung jawab. tapi tak sendiri, disisi ku ada seseorang yg selalu memberikan ku dukungan. mungkin apabila tak ada dirinya aku telah hancur karena memikirkan suatu tanggung jawab. aku belum bisa membalas jasa nya yg telah ia berikan, ku harap kelak aku akan membayar semua jasa nya dan membuat nya selalu tertawa....

dan inilah kisah ku, yg selalu akan membuat keajaiban..